
SIGAB – Pada Senin 8 Juni 2020, jaringan DPO Respon Covid telah merampungkan penyusunan buku laporan hasil kaji cepat dampak Covid-19 bagi difabel di Indonesia. Dalam kaji cepat ini, sejumlah organisasi difabel, Baik nasional maupun daerah, menyelenggarakan survey online sejak 10 – 24 April 2020, dan berhasil melibatkan 1683 responden (44% Perempuan dan 56% laki-laki) dari 32 provinsi se Indonesia. Buku ini merangkum semua temuan mengenai bagaimana pandemi Covid-19 telah berpengaruh bagi kehidupan difabel di berbagai sektor, utamanya pendidikan, ekonomi dan sosial. Perlu dicatat bahwa Karena survey ini dilakukan secara online, maka hampir bisa dipastikan, data yang terkumpul tidak benar-benar menggambarkan kondisi terburuk difabel yang terdampak pandemi. Artinya, dampak sesungguhnya sangat mungkin lebih buruk dari pada apa yang dipaparkan dalam laporan hasil asesmen.
Beberapa Temuan
Meski informasi dan edukasi Covid-19 telah masif disampaikan baik melalui ragam media maupun penyuluhan langsung di masyarakat, nyatanya hanya sekitar 60% difabel yang merasa sudah memperoleh informasi yang cukup mengenai Covid-19. Menelusuri lebih jauh, pernyataan kecukupan informasi tersebut tenyata tidak berbanding lurus dengan pemahaman dan penerapan protokol pencegahan Covid-19. Media informasi seperti televisi dan internet dikeluhkan masih tidak aksesibel bagi sebagian difabel dengan tidak adanya fitur pendukung aksesibilitas seperti bahasa Isyarat dan / atau close caption bagi tuli pada tayangan televisi, Serta fitur aksesibilitas bagi difabel visual pengguna pembaca layar. Selain itu, informasi mengenai Covid-19 juga dikeluhkan tidak mudah dimengerti, utamanya bagi difabel intelektual dan psikososial.
Setengah perekonomian difabel berhenti sejak terjadinya pandemi. Setidaknya, penurunan pendapatan hingga mencapai 50 – 80% terjadi pada 86% difabel yang bekerja di sektor informal. Pemberlakuan ‘jaga jarak’ dan pembatasan sosial telah membuat beragam sektor informal berhenti, begitu pula dengan usaha dan pekerjaan yang digeluti oleh difabel. Sementara itu, berkurangnya pendapatan secara signifikan ini tidak didukung dengan penerimaan bantuan yang merata. Dari semua jenis bantuan yang ada, rata-rata persentase penerimaan difabel kurang dari 20%, bahkan untuk bantuan tunai seperti PKH dan BLT, Hanya sekitar 11 – 13% dari responden yang terdata dan menjadi penerima program tersebut.
Asesmen ini juga menemukan bahwa sejak terjadinya pandemi, hanya sekitar 72% yang masih berkegiatan belajar, baik melalui aplikasi belajar online, maupun melalui media online (Whatsapp dan sebagainya). Selebihnya (28%) belajar mandiri atau bahkan berhenti sama sekali dari kegiatan belajar. Selain karena keterbatasan akses dan sarana internet, beberapa kendala yang menjadi keluhan dan diinformasikan oleh responden diantaranya soal platform yang tidak aksesibel, serta akses data yang tidak terjangkau.
Lebih lanjut mengenai laporan asesmen ini, silahkan download di sini (link YBYT)
2 Komentar
Menuju Normal Baru yang Inklusif (Hasil Webinar Bappenas RI) – Difabel Tanggap Covid19 · 15 Juni 2020 pada 10:18 am
[…] Yang bergerak dan yang terpapar di masa Pandemi (Laporan Hasil Asesmen Cepat) […]
Mengantar Pembacaan Hasil Survei Kedua Dampak Covid terhadap Difabel – Difabel Tanggap Covid19 · 22 Desember 2021 pada 12:33 am
[…] 2020, Jaringan DPO Respon Covid Inklusif mempublikasikan laporan asesmen pertama yang berjudul “YANG BERGERAK DAN YANG TERPAPAR DI MASA PANDEMI: Suara Disabilitas Dari Indonesia”. Asesmen tersebut lahir atas kegelisahan aktivis dan […]