JAKARTA, KOMPAS.com – Akses informasi terkait Covid-19 dinilai masih minim didapatkan oleh masyarakat penyandang disabilitas yang tinggal di wilayah terpencil. Diperlukan upaya ekstra dari pemerintah agar mereka dapat teredukasi dengan baik sehingga dapat meminimalkan penularan Covid-19 terhadap mereka. Executive Director Yayasan Plan International Indonesia Dini Widiastuti mengatakan, minimnya akses informasi menyebabkan tidak sedikit masyarakat yang salah paham dalam upaya pencegahan penularan Covid-19. “Mereka bahkan salah informasi. Kalau cuci tangan itu dengan hand sanitizer, dengan sabun tidak bisa hilang Covid-nya. Jadi akses informasi itu sangat minim,” kata Dini dalam diskusi yang diselenggarakan secara virtual oleh BNPB, Minggu (17/5/2020).
Ia menyebut, sejauh ini para relawan yang tergabung di Plan International Indonesia telah turun di 200 desa di wilayah Indonesia timur untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait Covid-19. Proses edukasi pun dilakukan dengan cara manual seperti melalui media stiker, poster maupun gambar animasi dalam bahasa daerah masing-masing. Menurut Dini, keterbatasan akses internet serta jaringan listrik turut berkontribusi pada sulitnya proses edukasi tersebut. “Internet susah, listrik kadang-kadang. TV itu kalau di dusun atau desa tidak kena sinyalnya, dan jarang orang punya TV. Ada radio sudah syukur,” ucap dia.
Kendati banyak desa di wilayah tersebut yang belum memiliki kasus positif Covid-19, Dini menyebut, masyarakat sudah khawatir terlebih dahulu dalam menghadapinya. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya edukasi yang baik dalam menangani penyakit ini. “Ketakutan sudah sampai duluan. Virusnya belum sampai masyarakat sudah parno ya sehingga harus diluruskan seperti apa,” ujar dia.
Sumber: Kompas 17 Mei 2020
0 Komentar